Melukiskan Apa Yang Sedang Ingin Diceritakan
"Kartini Usia Senja Cinta Sepanjang Masa"
Merawat ingatan. Memaknai akan perjuangan. Payung hitam dipergunakan. Bukan sekedar ajang untuk dipamerkan. Berdiri tegak diam. Memandang istana. Menutup mata. Menelan air ludah. Terasa sesak di dalam dada.
Bumiputra Atma Jaya Jakarta. Tertembak di bagian dada. Senjata tajam yang menusuk peluru lara. Isak tangis haru begitu terasa pecah di kala paska kejadian sewaktu dulu.
Ibu Pertiwi Menggelar Modernisasi. Ini bukan tentang tagar. Apalagi untuk menjadi barisan pagar. Yang serta-merta harus meunggu sabar maupun tegar.
Kegigihan dan Keyakinan. Bukan kunci bagi perubahan. Yang hanya sibuk tanpa membaca buku. Dalam keheningan, yang mati tanpa adanya sebuah harapan.
Cinta ibu memang sepanjang hayat nafas. Karena Ia bertindak yang dihendaki oleh rasa kebebasan. Karena ada dorongan hati. Yang segenap langkah kaki. Lalu, pada akhirnya, Ia pun turun ke jalan untuk menyampaikan keadilan.
Sepanjang masa. Di usia yang senja. Cinta Kartini, kini akan terus hidup kembali. Seperti berlipat ganda. Yang mendengar suara. Dari berbagai macam rupa ragamnya. Yang saling bertemu dengan satu sama lainnya.
Dan inilah bangsanya. Inilah negrinya. Dan kita pantas untuk belajar kepada para pahlawan. Yang telah berjuang untuk kelangsungan hidup yang kita hendak berkati.